JOGJA - Kota Jogja menjadi daerah terkumuh di
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pasalnya di kawasan ini luas wilayah
pemukiman kumuh mencapai 278,7 hektare.
Kali Code Jogja (foto: harianjogja.com)
Di DIY ada 400 hektare kawasan kumuh. Jumlah tersebut baru selesai didata
dan masuk dalam Surat Keputusan (SK) bupati dan walikota sebagai pemukiman
kumuh yang harus ditangani mulai tahun depan.
Di Kota Jogja pemukiman kumuh terluas dibanding empat kabupaten lainnya,
yaitu 278,7 hektare, disusul Sleman 41,41 hektare, dan Bantul 27,29 hektare.
Sementara Kulonprogo dan Gunungkidul masih proses SK, namun luas pemukiman
kumuh dari kedua kabupaten tersebut tak lebih dari masing-masing 20 hektare.
“Sebagian besar pemukiman kumuh di Kota Jogja adalah di sepanjang bantaran
sungai,” kata Tri Rahayu Kepala Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman,
Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumberdaya Mineral (PUP-ESDM) DIY, di
kantornya, Selasa (2/12/2014).
Menurut Tri Rahayu, disebut kawasan kumuh karena tidak layak huni dilihat
dari segi bangunan rumah, sanitasi yang buruk, persediaan air bersih yang
sulit, akses jalan yang minim, serta ruang terbuka hujau yang tidak ada, serta
faktor sosial ekonomi.
Mulai 2015 Dinas PUP-ESDM bekerja sama dengan bidang lain mulai bekerja
untuk mengatasi pemukiman kumuh yang ditarget selesai 2019 mendatang.
Dikatakan Tri Rahayu, dari 13 kecamatan pemukiman kumuh di Jogja,
perioritas tahun depan adalah di Kecamatan Mantrijeron, Mergangsan, dan Jetis
serta di bantaran Kali Winongo dan Kali Code.
Sementara Sleman ada enam kecamatan, di antaranya di Kecamatan Sleman,
Depok, dan Gamping. Sementara Bantul ada empat kecamatan.
Kepala Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY Muh Mansur menambahkan, SK Bupati
dan Wali Kota untuk menentukan kawasan kumuh menjadi pedoman bidangnya untuk
bekerja. Nanti pihaknya juga akan mengategorikan tingkatan kumuh.
Penataan
kawasan kumuh di antaranya dengan menata lingkungan, memperbaiki sanitasi,
hingga membangun rumah sususun terutama bagi warga yang tinggal di bantaran
sungai. “Kami berharap rumah kumuh dari tahun ke tahun berkurang,” ucap Mansur.
Sumber:
harianjogja.com