![]() |
Ilustrasi Elpiji 3 kg (foto: inhukam.go.id) |
kebutuhan elpiji di Bantul,” kata Kepala Bidang (Kabid) Disperindagkop Bantul, Sahadi Suparjo, Senin (15/12/2014).
Menurut dia, usulan kenaikan kuota elpiji tahun depan tersebut, karena setelah pihaknya melakukan penghitungan kebutuhan elpiji di Bantul,
pasokan bahan bakar bersubsidi idealnya minimal mencapai sekitar 30.000 tabung per hari.
Kebutuhan ideal itu, kata dia karena saat ini jumlah rumah tangga di Bantul mencapai sekitar 300 ribu kepala keluarga (KK), sehingga jika
diasumsikan setiap rumah tangga menggunakan satu tabung per sepuluh hari maka kebutuhan seluruhnya mencapai 30.000 per hari.
“Itu baru konsumen rumah tangga, belum termasuk usaha mikro dan warung kuliner yang ada, untuk usaha mikro sendiri saat ini sekitar 18.000 dan prediksinya sekitar 10 persen atau sekitar 1.800 industri mikro yang menggunakan elpiji tiga kilogram,” katanya.
Dengan demikian, kata dia atas dasar hitungan kasar tersebut, kuota elpiji untuk mencukupi kebutuhan konsumen baik rumah tangga maupun
industri mikro idealnya sekitar 32.000 tabung per hari, jauh dari kuota yang diberikan pada 2014 sebanyak 22.000 tabung per hari.
“Makanya kalau layaknya lebih dari 30.000 tabung per hari untuk memenuhi ketercukupan kebutuhan, makanya akan diusulkan kenaikan secara
bertahap, dan tim nanti di awal 2015 akan mengusulkan tambahan kuta 20 persen,” katanya.
Berkaitan dengan hal itu, saat ini pihaknya sedang melakukan pemetaan kecamatan mana saja yang mengalami kekurangan elpiji dengan
menghitung dengan didasarkan pada jumlah KK dan UMKM, serta jumlah warung kuliner dan distribusi elpiji di wilayah setempat.
“Dari hasil pemetaan sementara sudah terlihat empat kecamatan yang mengalami kekurangan pasokan elpiji yakni Kecamatan Jetis, Dlingo,
Sedayu dan Pajangan, namun berapa kekurangan per kecamatan masih kami hitung,” katanya.